-----
Yang terpenting itu bukanlah sekedar banyaknya ikut kajian sana sini, bukan pula sekedar jago berbahasa arab, atau deretan kitab yang sudah selesai dikaji.
Bukan dari seringnya menulis atau menshare postingan yang baik di media social.
Bukan pula sekedar share dan like, ikut titip jempol semata pada postingan yang kita suka tanpa adanya perubahan di dalam diri.
Akan tetapi yang bernilai kelak adalah amal perbuatan yang ikhlas yang terlahir dari itu semua, amal perbuatan yang mengubah pribadi seseorang sehingga dirinya semakin sesuai dengan petunjuk Nabi, jalan hidup Nabi, baik pola pikirnya, ibadahnya, lahiriahnya maupun batinnya.
Sungguh Allah sering berfirman di dalam Al Qur’an dengan perkataan (dan yang semisal),
جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Balasan atas apa yang telah mereka amalkan." [Surat Al-Waqi'ah 24]
Dia tidaklah berfirman,
“balasan atas apa yang telah mereka ketahui...."
Ini pulalah yang akan menjadi salah satu pertanyaan di hari kiamat kelak, sebagaimana dulu Nabi kita pernah katakan,
“Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat nanti sampai ditanya tentang empat perkara:
....
(Yang kedua) tentang ilmunya, sejauh mana dia amalkan,
....
(HR. At-Tirmidzi disohihkan Al-Albany dalam Ash-Shohihah, 946)
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُبِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ، وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ، وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ، وَمِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ لَهَا
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyuk, jiwa yang tidak merasa kenyang (puas), dan dari doa yang tidak dikabulkan.
(HR. Muslim no. 2722 dari Zaid bin Arqam)
0 komentar:
Posting Komentar