Senin, 19 Maret 2018

Pakai Sepatu Dari Kiri

0

Ia Memakai Sepatunya Dari Kiri (Tentang Kebiasaan)
-----

"Kok pake sepatunya mulai dari kiri dulu?" , Tanyaku kepada salah seorang teman kantor selesainya kami sholat.

"Oh iya, lupa...hehe...", Jawabnya.

"Udah kebiasaan nih...", Lanjutnya  sambil melepas kembali sepatu kirinya yang sudah terpakai kemudian ia mengulanginya lagi dari kanan.

Saya pun tersenyum melihatnya melakukan hal tersebut.

Itu adalah kali kedua saya menasehati dia perihal kebiasaannya memakai sepatu mulai dari kiri. Sepertinya perkara ini sepele, hanya mengubah pola memakai sepatu, seharusnya gampang saja. Akan tetapi tak sadar ternyata beliau kembali melakukannya.

Kami pun berjalan kembali ke kantor sambil berdiskusi ringan mengenai kebiasaan. Ia juga bercerita tentang kebiasaannya yang susah bangun Shubuh meskipun alarm telah disetel pada waktu tersebut.

Yup, kebiasaan ternyata bukanlah suatu hal yang sepele.

Pernahkah anda melihat seseorang yang mungkin usianya tak lagi muda, tak terhitung pula jumlah uban di kepalanya, namun seringkali ia sholat di akhir-akhir waktu?

Para pemuda yang terbiasa datang telat ke mesjid tertinggal satu, dua rakaat ketika sholat?

Wanita yang telah lewat belasan bahkan puluhan tahun dari usia balighnya namun tak kunjung berhijab?

Atau sesepuh yang terbiasa bangun shubuh untuk sholat di mesjid?

Mengubah kebiasaan bukanlah suatu hal yang mudah, apalagi dalam hal yang baik. Cobalah tanyakan kepada mereka yang telah berhijrah.

Jangan kira mereka itu bisa langsung tiba-tiba rajin ke mesjid,  belajar agama, atau perihal ketaatan lainnya. Mereka sempat mengalami beratnya mengubah kebiasaan mereka di awal-awal mereka hijrah. Melawan rasa malas, hawa nafsu ataupun hobi kemaksiatan yang telah mendarah daging, belum lagi ditambah dengan teman-teman yang buruk serta bisikan setan.

Akan tetapi mereka bersabar menjalani beratnya perjuangan di awal ini. Melewati ujian pertama dari Tuhan mereka, apakah mereka betul ingin berubah karena-Nya atau sekedar ucapan manis di bibir, ikut-ikutan semata?

Mereka terus bersabar dan berjuang sehingga Allah pun mengaruniakan mereka hidayah berupa mudahnya, ringannya dalam melakukan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan. Mereka terus demikian hingga ajal datang menjemput demi tercapainya cita-cita yang pernah disabdakan oleh Nabi,

يُبْعَثُ كُلُّ عَبْدٍ عَلَى مَا مَاتَ عَلَيْهِ

"Setiap hamba akan dibangkitkan sesuai dengan keadaannya ketika ia meninggal." (HR Muslim no 2878)

Tidakkah kita ingin mati di atas ketaatan?

0 komentar:

Posting Komentar

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html