BUKAN
BUNDA BIASA
Tuhan memang Maha Adil
dibalik setiap kekurangan manusia, Tuhan juga memberikan kelebihan dalam diri
manusia. Setidaknya hal itu yang selalu membuat Zelta bertahan dan yang selalu
memotivasi dirinya untuk terus berusaha dan pantang menyerah dengan keadaan
ekonomi keluarga yang pas-pasan. Ya! Kini ia hidup berpasangan dengan seorang
bunda disebuah rumah kontrakan yang terperosok mencil disebuah desa.
Zelta yang selalu
berharap agar dapat berkuliah untuk meneruskan pendidikannya, namun ia tak
punya cukup banyak biaya, begitu juga dengan bundanya. Tapi sang bunda selalu
bekerja banting tulang sebagai asisten rumah tangga, menjadi seorang buruh cuci,
hanya untuk membiayai kuliah Zelta.
Suatu ketika, datang
seorang perempuan yang berasal dari perusahaan yang menawarkan beasiswa kepada
anak-anak terpilih, ya! Anak-anak itu termasuk Zelta.
Hatinya begitu gembira
ketika mendengar berita tersebut, nyaring rasanya terdengar ditelinga mendengar
berita itu. Zelta tak dapat berhenti tersenyum. Mungkin ini adalah jalannya
yang harus ia tempuh menuju suatu kesuksesan.
Fikiran Zelta yang
terus berkecamuk tak kuasa jika ia harus meninggalkan bundanya seorang diri “aku
senang ketika aku terpilih meneruskan kuliahku, tapi bagaimana dengan bunda?
Apakah aku tega melihatnya hidup sendirian tanpa ada yang mendampinginya? Apa
yang harus aku lakukan? Yaa Tuhaaaan” ujarnya dalam hati.
“Zeltaa? Apakah lusa
kamu sudah siap berangkat untuk obeservasi ketempat kuliah yang kau impikan?”
Tanya seorang gadis perusaahaan.
“umm.. ummm.. aku
sebenarnya ingin sekali kesana, itu impianku sejak lama. Tapi bagaimana dengan
bunda?” Tanya zelta khawatir.
“ada apa dengan bunda
zaa? Bunda disini akan baik-baik saja. Kamu tidak usah khawatir seperti itu
terhadap bunda” ucap bunda menenangkan.
Dengan dahi mengernyit
bantah zelta “Tapi bundaaa…?”
“sstttt… jangan fikir
macam-macam, kamu harus focus terhadap masa depanmu kelak” senyum mengembang
sang bunda yang meyakinkan.
Zelta yang masih terus
berfikir apakah ia harus menerima tawaran yang ia impikan itu atau tidak.
Fikirannya berkecamuk bagaikan benang kusut.
“tante? Boleh beri aku
waktu beberapa hari untuk aku menentukan pilihan mana yang terbaik bagiku
kelak?” dengan penuh harap zelta memohon.
“ia silahkan cantik,
kamu boleh berfikir sejenak mengenai tawaran ini” ucap seorang gadis perusahaan
tersebut.
***
Setelah beberapa lama
zelta berfikir tentang pilihan tersebut, akhirnya ia menemukan pilihan yang
tepat untuk dirinya dan bundanya.
“bunda?! Zaa udah punya
jawaban yang tepat demi kebaikan bunda dan aku” ucap zelta.
“apa itu?” ucap bunda
Dengan raut wajah sedih
zelta berucap. “zelta memutuskan untuk tidak kuliah saja, zaa tidak ingin
meninggalkan bunda sendirian disini”.
“bunda tidak setuju
dengan keputusanmu, bunda ingin lusa kau tetap harus berangkat kesana. Bunda
tak mau dengar alasan apapun” tegas sang bunda.
“tapi bundaaa….? Bunda
ngertiin zaa dong, zaa tuh tidak ingin meninggalkan bunda sendirian!” bantah
zelta
***.
Dengan berbagai cara
sang bunda meyakinkan zelta untuk menerima tawaran pertolongan beasiswa itu,
agar zelta dapat kuliah meneruskan pendidikannya.
Sampai pada cara sang
bunda bekerja sama dengan gadis perusahaan itu, agar zelta dapat menerima
tawaran beasiswa tersebut. Tapi, biaya bukan alasan terbesar zelta, ia lebih
baik jika tidak untuk meninggalkan
bundanya seorang diri. Sang bunda memarahi zelta, berkata kasar pada zelta,
hingga mengusir zelta dari rumah. Derai airmata mereka berdua yang terlihat tulus saling mencintai.
“kamu itu nyusahin
bunda, bunda capek ngurusin kamu, banting tulang buat kamu, tapi kamu malah
kaya gini, kamu ngga ngehargain perasaan bunda. Kamu itu anak ngga tau diri,
bunda nyesel punya anak kaya kamu yang ngga pernah ngehargain usaha bunda. Kamu
tau? Bunda itu miskin, bunda ngga mampu buat biayain kuliah kamu. Kamu sekarang
mau apa dari bunda? Bunda udah ngga punya apa-apa! Bunda capek tau gak ngurusin
kamu! Cepet kamu beresin barang-barang kamu
sekarang!” sang bunda mendorong zelta dengan derai airmata, hingga
membuat zelta terjatuh.
“bunda ngomong apasih?
Aku gamau ninggalin bunda. Aku masih mau disini. Bunda jangan usir aku dong.
Aku mau terus sama bunda.” Bantah zelta dengan isak tangis.
“beresin barang-barang
kamu sekarang gak?! Apa perlu bunda buangin barang-barang kamu? Bunda capek!
Bunda muak dengan semua tingkah laku kamu! Bunda gamau liat kamu lagi, cepet
beresin barang-barang kamu semuanya, jangan ada yang tertinggal sedikitpun,
bunda gamau liat satupun barang kamu lagi ada dirumah ini!” bentak sang bunda.
“tapi bundaaa…” zelta
menangis. “sini kamu ikut bunda!” sang bunda menyeret zelta keluar rumah”.
“pergi kamu dari sini,
bunda gamau ngeliat kamu disini lagi,bunda udah capek dengan semua kelakuan
kamu!” sang bunda membanting tas yang berisi pakaian zelta. Semua mata para
tentangga tertuju pada kejadian tersebut.
Tangisan airmata yang
begitu deras mengalir dari celah-celah mata ibu dan anak yang terlihat sangat
tulus saling mencintai. Tapi apa daya, segala cara dan upaya dilakukan sang
bunda agar sang anak dapat mencapai hidup yang lebih baik dan memperoleh
kebahagiaan.
Ketika zelta diusir
dari rumahnya, ada rasa benci yang tersirat, namun rasa benci itu mengalahkan
rasa sayangnya kepada bundanya.
***
Bertepatan ketika zelta
diusir dari rumahnya, datanglah seorang gadis perusahaan yang memberi zelta
beasiswa untuk mengantar zelta menuju rumah dan universitas baru yang menjadi
pilihannya tersebut. Zelta pun menyetujui niat baik seorang perempuan tersebut,
akhirnya zelta dapat berkuliah dan menjadi mahasiswa sukses.
Walaupun zelta diusir
dari rumah, sang bunda tidak lepas untuk bertanya bagaimana keadaan zelta
kepada gadis perusahaan yang merawat zelta melalui via telefon.
Semenjak zelta diusir,
ia dirawat oleh seorang ibu pemilik perusahaan yang memberinya beasiswa, ia
tinggal dirumah yang besar sekali, segala keperluan zelta terpenuhi.
Semenjak zelta menjadi
mahasiswa, zelta diangkat menjadi editor cerpen karena bakat dan keahliannya.
“hei, kamu zelta ya?” sahut Arya.
“iya? Ada apa?” jawab
zelta.
“kamu editor baru
disini ya?” Tanya Arya gugup.
“iya saya editor baru
disini” jawab zelta kembali.
“oh, semoga kamu betah
yaa kerja disini. Ohiya, kenalin saya Arya”
“iya terimakasih. Saya
zeltaa” ucap zelta senyum
“kalo ada apa-apa, kamu
bisa panggil saya dan bisa minta bantuan saya atau karyawan yang lainnya”
“iya pasti.
terimakasih”
***
Setelah sekian lama
zelta kuliah, ternyata ia juga menjalin kasih dengan seorang editor senior, dia
bernama Arya.
Sejak dahulu zelta telah
berjanji, jika ia menjalin kasih dengan seorang pria ia harus mengenalkan pria
tersebut kepada bundanya.
Ketika Zelta menjalin
kasih dengan Arya, itu artinya zelta harus memperkenalkan Arya kepada bundanya.
Semenjak zelta diusir dari rumah, sang bunda tinggal seorang diri dalam rumah
kecil disebuah kontrakan, dipedalaman desa. Sang bunda yang penampilannya
terlihat biasa saja, tak membuat zelta malu memperkenalkan bundanya.
“assalamualaikum
bunda?” sahut zelta mengetuk pintu rumah.
“zelta? Ada apa kamu kemari
menemui bunda?”
“zaa kesini mau kenalin
bunda sama pacar zaa, ini kenalin arya” ucap zelta
“oh aryaa? Ini yang
namanya arya?”
“arya kenalin ini bunda
aku, ini rumah aku, bundaku ini adalah seorang yang paling berjasa buat aku,
dan aku hanya seorang yang miskin, ini adalah hidup aku yang sebenarnya.” Ucap
zelta tegas.
Namun dengan semua
tutur kata zelta, arya hanya diam, zelta menarik kesimpulan bahwa sikap diam
arya, zelta anggap sebagai jawaban bahwa arya tidak menganggap zelta apaadanya.
Lalu zelta memutuskan
jalin kasih dengan arya, karena zelta beranggapan gamungkin seorang cowo tajir
yang punya bisnis dimana-mana menjain kasih dengan seorang perempuan yang biasa
saja, bahkan miskin.
Sang bunda beranggapan
bahwa semua berawal dari bundanya yang miskin.
Dengan berbagai cara
sang bunda berusaha untuk mempersatukan dua kasih yang saling mencintai tersebut,
dan pada akhirnya zelta dan arya menjalin kasih kembali.
Sebenarnya ketika arya
diam saat melihat keadaan kehidupan zelta, itu bukan suatu alasan bahwa arya
tidak menerima zelta apa adanya, tapi lebih kepada arya bingung harus bicara
apa, arya pun tidak menyangka atas apa yang terjadi sebenarnya, atas apa yang
telah zelta katakan pada arya. Hal tersebut arya sampaikan secara
terang-terangan.
***
Sampai kemudian arya
dan zelta pun merencanakan untuk menikah, sang bunda sebenarnya ingin datang
kepernikahan anak semata wayangnya itu, tapi dengan alasan yang telah tertancap
dalam diri sang bunda atas rasa ketakutannya, karena sang bunda tidak ingin jika acara akad nikah anaknya itu
hancur hanya karena bundanya yang miskin.
Ketika zelta pergi
kerumah bundanya dengan membawa sepucuk kabar gembira bahwa dia akan menikah.
Tapi, ketika zelta sampai dirumah bundanya, sang bunda tidak ada dirumah, entah
pergi kemana tak ada kabar. Kata tetangga terdekat, bundanya telah sebulan yang
lalu tidak nampak.
Ternyata tak diduga
terdapat sebuah surat kecil yang tergeletak didepan bawah pintu rumah, dengan
rasa penasaran zelta membuka surat tersebut yang bertuliskan “zaa, ini bunda,
bunda minta maaf jika bunda pergi tidak berbicara padamu dahulu, bunda tidak
ingin mengganggu ketenangan hidupmu, kamu tidak perlu mencari bunda, bunda akan
baik-baik saja.”
Begitu cemas zelta
memikirkan kemana bundanya pergi, sedangkan acara tinggal sehari lagi, zelta
terus menghubungi sang bunda agar beliau dapat datang diacara pernikahannya.
Tapi ternyata nomor sang bunda tidak
dapat dihubungi.
***
Hari terus berlalu,
acara akad nikah pun segera berlangsung. Tak lama kemudian, zelta mendapat
sebuah kiriman baju kebaya berwarna putih dan ternyata kiriman tersebut dari
bundanya. Dan didalam bingkisan tersebut terdapat surat kecil untuk zelta.
Anakku
tersayang 15
september 2013
Zelta
Adinda Cenderawasih
Assalamualaikum
zaa? Ini bunda. Zaa maafkan bunda atas apa yang telah bunda perbuat kepadamu.
Maafkan bunda karena bunda telah mengusirmu dari rumah. Maafkan bunda sudah
membuatmu menangis karena ucapan kasar bunda. Bukan maksud bunda untuk
memarahimu, berkata kasar padamu, bunda hanya ingin kamu bahagia walau ngga
sama bunda, bunda hanya ingin kamu mendapat apa yang kamu inginkan tanpa
terhalang oleh sesosok perempuan miskin seperti bunda, bunda minta maaf atas
perlakuan bunda sama kamu.
O
iyaa, ini bunda punya hadiah buat kamu, walaupun agak jelek ngga apa apa yaa,
ini bunda buat dari tangan bunda sendiri.
Semoga
kamu bisa bahagia yaa sama arya. Bunda sayang sama kamu.
Salam manis
Bunda
Ketika acara akad
nikah, zelta bersi keras untuk tidak memulai acara akad nikah sebelum bunda nya
datang, zelta terus menghubungi sang bunda agar bundanya dapat hadir di acara
pernikahannya. Namun tidak ada kabar apapun yang menunjukan bahwa sang bunda
hadir.
Karena rasa sayang sang
bunda terhadap zelta, sang bunda tidak ingin meninggalkan moment tersebut
begitu saja. Akhirnya sang bunda datang, namun sang bunda hanya berdiri dan
bersembunyi dibalik tembok, melihat zelta berpapasan langsung dihadapan sang
penghulu. Dan tanpa terlihat oleh zelta bahwa bundanya telah datang dihari bahagianya
itu.
Kemudian sang bunda
menelfon zelta “sayang, bunda lihat kamu dari sini. Hariini kamu cantik dengan
memakai kebaya berwarna putih kesukaanmu. Kamu tak usah menghawatirkan bunda,
bunda selalu bersamamu” kata sang bunda.
“tapi bunda ada dimana?
Aku gaakan mulai acara ini sampai bunda datang” ucap zelta penasaran.
“bunda ada disekitarmu
nak, zaa tidak usah fikirkan bunda, bunda baik-baik saja, bunda disini, bunda
tak mau kau malu, bunda tak mau pernikahanmu gagal hanya karena bunda. Tenang
saja bunda akan selalu merestuimu percayalah nak” jawab bunda sembari mematikan
telefonnya “tut tuut tuuut”
Akhirnya pernikahan
zelta dan lelaki tampan, mapan, dan baik hati itupun dimulai dan acara pun
berjalan lancar. Dengan suara para saksi serentak mengucapkan “SAAAH!”
Arya dan zelta pun
hidup bahagia bersama.
Hanya ada satu tujuan
yang sang bunda fikirkan, yaitu melihat anaknya sukses dan hidup bahagia.
*selesai*
0 komentar:
Posting Komentar