Minggu, 07 Februari 2016

0

KELILING DUNIA DENGAN PERPUSTAKAAN

Perkenalkan aku laras, aku seorang gadis pelajar yang hobby sekali membaca buku, aku mempunyai mata empat setebal buku. Aku seorang yang tergolong famous disekolah, karena aku  seringkali berbicara seorang sendiri dengan buku buku yang mungkin mereka fikir itu terlihat membosankan. Aku selalu membawa buku kemanapun aku pergi, mereka sudah seperti sahabatku sendiri, bahkan aku lebih dekat dengan mereka disbanding temanku sendiri, makadari itu jarang ada orang yang ingin berteman denganku, mungkin salah satu factor adalah karena keculunanku. mungkin karena, ketika mereka berbicara denganku, aku hanya membahas tentang buku buku dan buku. Bahkan aku hamper hafal seluruh isi buku di perpustakaan sekolah ku, karena waktuku hanya habis dimakan oleh buku buku itu, aku tak ingin melewatkan satu buku pun disetiap hari hari ku, karena jika itu terjadi, waktu ku seperti tak berguna saja.
Aku pun terkenal dimata guru guru karena aku selalu bertanya tentang sesuatu yang belum dipelajari dikelas, dan teman teman ku pun belum mempelajarinya. Bahkan guru ku pun sampai kikuk ingin menjawab pertanyaanku seperti bentuk apa, teman temanku hanya menggeleng gelengkan kepala dengan kejelian yang aku punya ini.
***
Ketika bel lonceng berbunyi, semua murid memasuki ruangannya masing – masing. Pelajaran pun berlangsung, guru bahasa dan sastra bertanya kepada murid-murid “anak-anak apa yang kalian cita-cita kan saat ini dan untuk masa depan?”
Gumam seorang murid “saya mau jadi dokter bu”
“bagus, itu salah satu pekerjaan yang mulia” kata sang guru.
“saya mau jadi guru bu” sahut seorang murid.
“jadi presiden bu” celetuk murid lain.
“ya, cita-cita yang bagus anak-anak” kata sang guru.

Tapi, disamping teman-teman kelas yang berteriak-teriak tentang cita-cita nya, namun Laras hanya diam, sang guru yang sedari tadi memperhatikan Laras heran seketika.
“Laras, ada apa denganmu? Mengapa kamu diam saja?” Tanya sang guru.
“hmm… hmm… gapapa kok bu” jawab Laras gugup.
“apa cita-cita mu Laras?” Tanya sang guru kembali.
“hah? Cita-cita? Umm… umm… cita-cita ku ingin pergi keliling keliling dunia dengan mobil perpustakaan bu” jawab Laras.

Semua murid didalam kelas mentertawakan dan bersorak kepada Laras.
“woooo.. ha ha ha dasar kutu buku, mana ada keliling dunia pake mobil perpustakaan!” sorak semua murid.
“iya mana ada! Noh naek pesawat kalo mau keluar negeri, gapernah keluar negeri sih, jadi norak kaya gitu hahaha” celetuk seorang murid dengan nada tidak suka.
“sudah-sudah diam” kata sang guru yang mencoba menenangkan keributan kelas.
“kenapa kamu bercita-cita seperti itu Laras?” Tanya sang guru.
“aku ingin membuat semua orang menjadi pintar atas buku yang aku bawa bu” jawab Laras merendah.
“cita-cita yang sangat mulia Laras, bagus” puji sang guru kepada Laras.

Ketika jam pelajaran telah usai, semua teman-teman nya mengejek Laras, atas jawaban Laras, terutama Kahvi.
“eh Laras, aku mau keluar negeri minggu depan, kamu mau ikut gak?” ajak Kahvi.
“kamu mengajakku? Kamu serius? Tentunya itu pasti sangat menyenangkan bukan? Tapi kamu gabercanda kan? Tanya Laras penuh harap.
“yaaa bercanda lah! Ha ha ha…

Laras pun tertunduk malu dan lemas atas celotehan teman-teman nya.

Suatu ketika, disekolah Laras mengadakan perekrutan crew perpustakaan, ini untuk yang pertama kalinya sekolah Laras mempunya crew perpustakaan yang akan menjaga buku-buku kesayangannya.
Mendengar berita itu, hati Laras terbuka bahagia, dia bergegas untuk mendaftarkan dirinya menjadi crew perpustakaan disekolahnya.
Untuk memenuhi persyaratan, agar dia dapat diterima menjadi seorang crew, para calon peserta diharuskan ikut untuk bermalam diperpustakaan.
Laras pun menerima dengan senang hati persyaratan tersebut.

Ketika malam penyeleksian tiba, para peserta anggota berkunjung ke pos masing-masing dengan membawa sebuah lilin kecil ditangan. Kebetulan Laras ditempatkan diruang perpustakaan, sedangkan calon crew yang lain sedang berada di pos  lain yang berada diluar perpustakaan.
Suasana perpustakaan di malam hari sangatlah gelap, tak ada lampu yang menyinari, sunyi, sendirian, dan hanya membawa satu lilin dalam genggaman tangan.
“aduh, ini gelap sekali, seperti uji nyali saja” ujar Laras.

Suatu ketika, terdengar bunyi-bunyian aneh ditelinga Laras, Laras yang sudah gemetaran, keringat dingin tak karuan, jantung yang seperti ingin copot. Dag dig dug.. dag dig dug.
“kreeeeeekkkk” terdengar suara pintu.
“halooo.. permisii.. siapa disana?” Laras menyorotkan lilinnya kearah pintu.

Terlihat oleh mata Laras, ada seseorang yang bersembunyi dibalik tumpukan buku. Tiba-tiba secara serentak boneka makhluk halus mengagetkan dan jatuh di depan mata Laras.
“astagfirullahal’adzim! Toloooonngg tolonngg” sontak Laras kaget menjerit dan melemparkan lilin yang sedang dipegangnya secara spontan tidak sadar.

Ternyata boneka itu adalah salah satu scenario penjebakan tim penyeleksi. Ternyata pula, salah satu teman Laras yaitu Kahvi dengan sengaja mengunci pintu ruangan yang ditempati Laras.

Tak lama kemudian, cairan lilin dan api itu mengenai buku-buku yang ada diruangan tersebut. Dengan rasa reflex dan dibalut rasa takut atas kejadian tersebut, Laras mencoba memadamkan api itu dengan mengambil buku yang ada disekitarnya, lalu ditepukan nya buku itu kepada api yang berkobar kobar. Namun malah sebaliknya, api tersebut menjadi lebih besar seperti yang tak pernah diduga Laras.

Laras panic, dia mencoba meminta tolong dan mencoba keluar dari ruangan itu, tapi sialnya pintu utama perpus terkunci oleh tangan jail Kahvi, teman Laras. Laras pun terperangkap dalam ruangan tersebut.
Sedikit demi sedikit, api terus menyebar keseluruh penjuru di ruangan tersebut, yang terus memakan buku-buku disekitarnya.
Laras mencoba meminta tolong tapi tak ada satupun yang mendengar teriakan Laras. “toloong tolooong, siapapun diluar sana, tolong bukakan pintu ini, toloong”
Laras hanya dapat menangis atas keputusasaanya dan terus berdoa agar dia terselamatkan dari jeratan bahaya tersebut.

Ternyata keberuntungan berpihak pada Laras, salah satu teman Laras melihat kejadian itu, dia segera meminta bantuan kepada yang lain bahwa telah terjadi kebakaran. “tolooong, kebakaran kebakaraaan” teriak teman Laras.

Para peserta crew, panitia, dan guru-guru segera mendatangi asal muasal suara tersebut. “ada apa kamu teriak-teriak?” Tanya panitia diklat.
“itu pak, bu, ruangan perpustakaan kebakaran, dan Laras ada didalam sana” jawab teman Laras panik.
“kamu jangan mengada-ada, apa yang kamu bicarakan?”Tanya seorang panitia diklat.
“sudah-sudah cukup, jangan ribut seperti itu” ujar seorang guru.
“siapa yang pegang kunci perpustakaan? Kenapa ruangan ini terkunci? Seharusnya kan tidak ada penguncian ruangan!” Tanya tegas guru lain.
Serentak para peserta menjawab “siap! Tidak tau bu!”
“ada kunci cadangan tidak? Coba periksa!” Tanya sang guru.
“ini bu kuncinya” jawab panitia dengan menyodorkan sebuah kunci cadangan.
“cepat buka pintunya sekarang, dan angkat Laras!” teriak sang guru panik.

Tapi sangat disayangkan, sijago merah mulai menyelimuti ruangan tersebut, dalam ruangan yang kecil dan ribuan asap yang penuh sesak, membuat Laras sulit bernafas. Laras yang sudah tidak kuat menahan panas nya api dan kabut asap yang tebal dari sijago merah itu, Laras pun jatuh pingsan.
Para peserta crew, panitia dan guru-guru berusaha menyelamatkan Laras dari ruangan tersebut. Akhirnya, Laras pun berhasil diselamatkan dari cengkeraman si jago merah.
Untungnya, Laras baik-baik saja, hanya kekurangan oksigen karena terlalu banyak menghirup asap, sehingga membuatnya jatuh pingsan.
Disaat peristiwa tersebut, tampak terlihat Laras sedang menggenggam buku kesayangannya yang separuh bentuk tergores oleh api.

Api pun dapat dipadamkan atas kerjasama semua peserta, panitia dan guru-guru. Tapi dengan sangat disayangkan, ruangan tersebut beserta isinya habis termakan oleh lahapan lidah api, yang tersisa hanya tinggal debu yang berterbangan.

Ketika kejadian tersebut, para guru mengumpulkan semua calon peserta crew keruang aula. “perhatian anak-anak ku yang ku cintai, atas kejadian kebakaran kemarin diruangan perpus, kami selaku guru dan panitia meminta maaf yang sebesar-besarnya atas kejadian tersebut. Kejadian kemarin tidak kami rencanakan sebelumnya, itu terjadi secara tiba tiba. Kami, selaku guru dan panitia yang bertugas dalam diklat tersebut meminta maaf, terutama kepada Laras yang telah menjadi korban atas peristiwa tersebut. Perlu kalian ketahui, bahwa dalam kejadian lusa tidak ada perencaan untuk penguncian pintu selama dalam masa tahapan diklat, kami pun tidak tahu kenapa ruangan perpus bisa terkunci seperti itu. Sekali lagi kami meminta maaf atas kejadian tersebut” ucap seorang panitia.

Atas kejadian kebakaran itu, Kahvi merasa terpukul, ia merasa bersalah, ia sadar bahwa apa yang telah dilakukannya adalah merugikan orang lain sekaligus membahayakan nyawa Laras. Kahvi pun bertekad untuk mengaku dihadapan teman temannya, panitia, serta guru, bahwa yang telah membuat keonaran tersebut adalah dirinya sendiri, dan ia pun ingin meminta maaf kepada semuanya. Dengan keberaniannya, Kahvi mengangkat tangan dan meminta izin untuk berbicara dihadapan teman-temannya. “kak? Izin berbicara” ujar Kahvi.
“ya, ada apa vi?” jawab seorang panitia.
“izin maju kedepan kak, saya ingin mengatakan sesuatu kepada semua orang yang ada disini” ujar kahvi kembali
“apa yang mau kau bicarakan vi? Kaka persilahkan kamu untuk berbicara disini” kata kaka panitia
“terimakasih kak” ucap Kahvi.
“teman-teman, kaka-kaka, serta guru-guru yang ada disini, saya berdiri disini ingin menyampaikan permohonan maaf saya kepada kalian semua, atas perlakuan saya kepada kalian semua. Mungkin kalian bingung ada apa saya meminta maaf seperti ini, perlu kalian ketahui, kejadian kebakaran kemarin pelakunya adalah saya” terang Kahvi.

Seluruh audience yang berada diruangan tersebut merasa kaget.

Kahvi pun melanjutkan pernyataanya “saya yang telah mengunci pintu perpus itu, saya yang telah mengunci Laras di perpus itu, saya yang telah membuat Laras pingsan, dan akhirnya perpus mengalami kebakaran. Saya pelakunya, saya lah pelakunya, saya minta maaf teman teman, saya minta maaf, saya hanya ingin mengerjai Laras pada malam itu, saya hanya ingin membuat Laras ketakutan. Tapi ternyata perilaku saya membahayakan semuanya. Saya minta maaf. Tapi saya hanya menutup pintu perpus tersebut, saya tidak melakukan proses bakar membakar perpus itu, sama sekali tidak”. Ujar Kahvi dengan terang
Laras pun melanjutkan perkataan Kahvi “saya yang menyebabkan kebakaran itu terjadi , saya dengan tidak sengaja melemparkan lilin kearah buku buku itu, karena saya sangat takut kala itu, karena muncul boneka menyeramkan didepan mata saya, sontak saya menjerti dan melemparkan lilin itu.”

Panitia lain pun ikut menjelaskan “maaf pak, bu, teman-teman, yang menaruh jebakan boneka itu adalah para panitia, karena kita ingin mengetes nyali para peserta. Jika rencana yang telah panitia buat kemarin dapat berakibat fatal seperti itu, kami selaku panitia meminta maaf yang sebesar besarnya”.

Untuk mencairkan suasana, salah seorang guru pun angkat bicara “baik anak-anak, kejadian ini  memang sangat fatal sekali. Tapi mungkin ini menjadi pembelajaran untuk kita semua, fikirkanlah apa yang akan terjadi sebelum kalian bertindak, jangan ceroboh. Mungkin ini untuk yang pertama dan terakhir, untuk kahvi, jangan diulangi lagi atas kejailanmu itu ya. Untuk panitia, beri pembelajaran yang mendidik kepada peserta lain untuk nanti. Oke?”

“oke buuu” sorak seluruh audience yang berada diruangan itu.

Setelah forum dibubarkan, Kahvi mengunjungi Laras dan meminta maaf atas kejadian tersebut. “hai Ras.. gue minta maaf yah atas kesalahan gue kemarin kemarin, gue gabermaksud untuk buat lo celaka ko, gue niatnya cumin bercanda, udah itu aja”.
“iya gapapa kok vi, itu Cuma musibah, udah gausah difikirin, aku udah maafin kamu kok” sambut Laras dengan nada bersahabat.
“terimakasih Laras, gue ganyangka lo bisa sebaik ini” ujar Kahvi.
“iya, udah gapapa” ujar Laras.

Laras memang sudah melupakan kejadian kebakaran waktu itu, tapi dalam hidup Laras seperti ada yang hilang, buku yang selalu menemaninya disekolah kini telah tiada, semuanya hancur lebur tak tersisa.

Semua teman-teman Laras gempar akan berita kebakaran malam itu. “Laras? Kamu gapapa? Ada yang luka ga?” Tanya teman Laras panik.
“aku gapapa ko, terimakasih sudah menghawatirkanku” ujar Laras senyum.

Karena kecintaan Laras terhadap buku dan perpustakaan, yang mungkin sudah mendarah daging dalam jiwa Laras, sehingga hal tersebut tidak dapat dipisahkan dalam hidup Laras. Berbagai upaya, Laras mencari cara bagaimana perpustakaan ini dapat kembali berdiri bahkan sampai ke kehidupan di Luar negeri.

Ketika para crew perpustakaan berkumpul, Laras mengajukan usul “bagaimana jika kita mengumpulkan buku masing-masing anggota yang masih layak baca, untuk pendirian perpustakaan kembali?”.
“ide yang bagus, tambahan dari saya, bagaimana jika kita mengadakan bakti social khusus penggalangan buku yang masih layak baca, sekaligus kita adakan penggalangan dana untuk pembelian buku yang lain” usul Kahvi.
“baiklah usul diterima” kata ketua menyetujui.

Setelah buku terkumpul, mereka membuat tempat kecil-kecilan untuk para pembaca buku. Dengan adanya tempat perkumpulan buku baru, Laras sangat senang, karena peminat buku-buku menjadi bertambah.

Laras kemudian memberikan usul kembali “bagaimana jika kita membuat perpus berjalan, bukan hanya disekolah tapi diluar sekolah juga, sekolah kita kan difasilitasi mobil, kenapa tidak kita gunakan saja? Agar orang yang tidak mampu pun dapat membaca. Sekaligus kita buat komunitas buku berjalan.”
“baiklah, kita akan persiapkan semuanya, semangaaaat kawan” kata ketua.
“semangaaat” sorak para crew.

Ketika buku-buku itu diantar oleh sebuah mobil berkeliling pelosok desa, dan anak jalanan, ternyata tanpa diduga, mereka menyukai dengan kedatangannya buku-buku yang Laras dan kawan kawan bawa. Anak jalanan, ibu-ibu yang buta huruf, anak kecil yang tidak dapat bersekolah, menyambut dengan riang tentang adanya buku berjalan itu.
“kaka-kaka buku buat aku mana?” Tanya seorang anak kecil dengan semangat.
“kakaaa aku mau baca”
“punya aku yang mana?”
“ini punya aku, punya aku, punya akuuu”. Dengan antusias mereka berebut buku-buku itu.
“sudah adik-adik jangan berebut, sini kaka pilihin buat kalian yaa” ucap Laras dengan member buku-buku kepada anak-anak “ini buat kamu, buat kamu, dan buat kamu yaa”
Ketika buku dibagikan betapa bahagianya mereka membaca buku itu, senyum tulus dari wajah-wajah mungil mereka, tawa, canda mereka. Kini cita-cita ku sudah tercapai, keliling dunia dengan perpustakaan, walaupun tidak sampai keluar negeri, setidaknya aku menciptakan calon generasi generasi penerus bangsa untuk menghadirkan otak-otak cemerlang ke Dunia.


*selesai*

0 komentar:

Posting Komentar

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html