Kisah Cinta Umar Bin Abdul Aziz
Umar bin Abdul Aziz misalnya,
dia jatuh cinta kepada budak istrinya. Meskipun akhirnya berhasil melewatinya,
Umar Bin Abdul Aziz harus melewati hal-hal yang tersulit dalam hidupnya:
mengendalikan hawa nafsunya. Sang Khalifah ini awalnya terkenal memiliki ‘lifestyle’
yang ‘wow’. Dia pesolek, bajunya selalu mahal, gayanya menawan, dan dia jatuh
cinta begitu mendalam kepada seorang budak istrinya, Fathimah bin Abdul Malik.
Berkali-kali dia meminta kepada Fathimah agar budak itu diberikan kepadanya.
Namun Fathimah menolak karena sangat cemburu.
Namun, Khalifah Umar bin Abdul
Aziz berubah total ketika telah menjadi khalifah. Beliau berubah menjadi sangat
zuhud, adil dan begitu amanah dengan tugasnya. Seluruh kekayaan dia sumbangkan
ke Baitul Maal dan menjadi milik masyarakat. Ketika dia sudah begitu kelelahan,
sang istri jatuh kasihan, dan akhirnya menyerahkan budak perempuannya kepada
Umar. Budak perempuan itu konon berparas sangat cantik. Lebih cantik
dari kebanyakan perempuan. Tetapi, apa yang dilakukan Umar?
Dengan tegas Umar menolaknya. Bahkan, Umar menikahkan budak perempuan jelita
itu dengan prajuritnya.
Padahal mereka berdua mengetahui,
bahwa Umar bin Abdu Aziz telah jatuh cinta kepada budak perempuan ini sejak
sebelum menjadi Khalifah.
Momentum penghibahan itu mungkin
memang terjadi di waktu yang “tidak tepat”. Dulu Umar bin Abdul Aziz pernah
meminta agar Fathimah menghibahkan budak perempuan itu kepada dirinya. Namun
Fathimah menolak, karena ia tahu suaminya jatuh cinta kepada perempuan itu.
Lalu mengapa sekarang Umar menolak
perempuan cantik tersebut?
Ketika Umar bin Abdul Aziz menjadi
Khalifah, tidak ada lagi cita-citanya kecuali ingin masuk surga. Sementara Umar
bin Abdul Aziz tahu persis bahwa surga itu diperuntukkan bagi orang yang
memenuhi kriteria:
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ
رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
“..dan adapun orang-orang yang takut
kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, Maka
Sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya)” (An-Nazi’at: 40 – 41).
Umar meminta kepada Fathimah untuk
menjelaskan asal muasal budak perempuan itu hingga sampai menjadi miliknya.
Ternyata perempuan itu asalnya
adalah tawanan perang yang kemudian menjadi budak. Pada saat para tawanan itu
dibagi-bagikan kepada para prajurit yang ikut perang, ia menjadi bagian dari
seorang prajurit.
Tetapi dengan alasan menghilangkan
kecemburuan prajurit lainnya, perempuan itu akhirnya diambil oleh Khalifah
Abdul Malik bin Marwan, yang lalu dihibahkan kepada putrinya, Fathimah.
Mendengar penjelasan itu, Umar bin Abdul
Aziz meminta agar prajurit itu dipanggil untuk menerima kembali “jatah” yang
selama ini tertunda.
Prajurit itu pun datang. Segera Umar
bin Abdul Aziz menyerahkanlah perempuan cantik jelita itu kepadanya.
“Wahai Amirul Mukminin, budak
perempuan itu adalah milik anda, maka terimalah”, ungkap sang prajurit.
Namun Umar tetap menolak.
“Kalau begitu, belilah ia dariku,
dan aku dengan senang hati akan menerima akad jual beli ini”, lanjut prajurit.
Tawaran ini pun ditolak oleh Umar.
Ia bersikeras agar sang prajurit membawa pergi perempuan cantik tersebut.
Budak perempuan itu pun menangis.
Hatinya sangat sedih. Ia mengetahui betapa besar rasa cinta Umar kepada
dirinya, dan dirinyapun mencintai Umar.
“Kalau begini akhirnya, maka
dimanakah cintamu selama ini wahai Amirul Mukminin?” tanya perempuan itu.
Sang budak, yang sebenarnya
juga mencintai Umar, sangat sedih dan menangis di hadapan Umar, “Kalau begini
akhirnya, maka dimanakah cintamu selama ini wahai Amirul Mukminin?” tanya
perempuan itu.
Jawab Umar, “Cinta itu tetap
ada di dalam hatiku, bahkan jauh lebih kuat daripada yang dahulu-dahulu. Akan
tetapi, kalau aku menerimamu, aku khawatir tidak termasuk dalam golongan orang
yang “menahan dirinya dari keinginan hawa nafsu” sebagaimana yang difirmankan
Allah SWT dalam Q.S. An-Nazi’at ayat 40 – 41.”
Beginilah bunyi ayat yang
membuat Umar takut sekali menerima sosok yang sebenarnya sangat dirindukannya
itu, “…dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan
menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat
tinggal(nya).” (An-Nazi’at: 40 – 41).
Terus terang, saya benar-benar
terenyuh membaca kisah Umar bin Abdul Aziz ini. Coba, renungi kalimat
ini, Cinta itu tetap ada di dalam hatiku, bahkan jauh lebih kuat
daripada yang dahulu-dahulu. Romantis sekali, bukan? Dan Umar memiliki
kesempatan untuk mengekspresikan cinta itu secara halal. Istri pertamanya pun
telah ridho. Namun, Umar tak mau melakukannya, karena dia tak mau dimasukkan
dalam kategori orang yang tak mampu menahan diri dari hawa nafsunya.
Jadi, jatuh cinta pada orang
yang tak tepat itu adalah sesuatu yang wajar terjadi. Permasalahannya adalah
bagaimana pengendalian diri kita. Orang-orang beriman, akan menganggap hal
tersebut sebagai suatu ujian yang harus diatasi. Lihatlah, bagaimana sikap yang
diambil oleh Umar bin Abdul Aziz dan Thalhah. Luar biasa! Cinta tak harus
membuat mereka terhina sebagai hamba Allah yang ekstrim mengumbar
keinginan.
Masya Allah, semoga kisah ini
menjadi motivasi untuk kita, untuk selalu menjaga cinta kita kepada Allah dan
Manusia.
0 komentar:
Posting Komentar