Bismillah...
Beberapa hari ini, aku kembali
mengalami perasaan yang sebenarnya sudah tidak ingin aku alami. Berada
dipersimpangan cinta, dan menunggu antara "iya" dan "tidak"
...perasaanku serasa diangkat namun sekejap saja bisa berubah hancur karena
dibuang dari atas lantai 10. Tapi aku juga berusaha menahan, berlapang dada dan
selalu mengingat bahwa aku sedang ingin menuju ke satu titik, dan untuk menggapai
itu, inilah yang harus aku lalui.
Aku tersadar bahwa setiap fase
kehidupan telah aku lalui, yang tersulit dalam hubungan antara perasaan telah
menempaku menjadi perempuan yang menganggap airmata itu adalah teman atau
refleksi dari suatu gejolak hati saja yang akan berhenti ketika kita tersadar
bahwa ini akan berkahir. Dan inilah konsekuensi yang harus diterima setiap
pencinta, selalu ada dua pilihan antara sakit atau bahagia dan iya atau tidak.
Iklhaslah, jadilah manusia yang
bersyukur, karena sesungguhnya Allah yang Maha mengetahui keadaan kita. Jadi
apapun yang kita alami Allah sungguh mengetahui sekecil apapun itu termasuk apa
yang ada dihati kita.
Dan dalam hati aku ingin, hanya ada
kata "bahagia" apapun kejadiannya. Ikhlas. Aku terus mencari, sesuatu
yang bisa membuatku semakin paham keadaan orang yang aku sayangi. Dan akhirnya,
sungguh, jika kita mencari kebaikan maka Allah akan menunjukkan jalannya. Aku
menemukan sebuah buku lama, yang didalamnya banyak sekali kisah cinta yang
akhirnya berakhir dengan Cinta Karena Allah. Aku akan membagi salah satu
kisahnya nyata diantaranya.
* Sepasang kekasih semasa
perkuliahan yang mendapat ridho dari Allah.*
Ketika hubungan mereka semakin dekat,
Allah memainkan kehendaknya kepada sang Pria. Setelah lama berjalan, suatu saat
dia berubah menjadi alim dan berusaha untuk taat pada agama. Ia berterus terang
kepada kekasihnya, "saya sangat mencintaimu dan tidak bisa meninggalkanmu,
namun saat ini aku mulai bertaqarrub (mendekat) kepada Allah. Aku tidak bisa
menyatukan dua kekasih saat ini. Tunggulah aku sampai apa yang menjadi
kewajibanku terselesaikan. Setelah itu Insya Allah aku akan melamarmu. Aku
melihat dirimu sangat cocok denganku. Aku telah mengambil keputusan. Saat ini,
aku akan benar-benar menghentikan hubunganku denganmu. Jika Allah berkehendak
(kita berjodoh), maka engkau pasti akan menjadi Istriku.”
Ternyata setelah berpa lama meninggalkan
kekasihnya, akhirnya sang kekasih bener-benar menjadi istrinya, dan sang pria
pun melaksanakan segala apa yang pernah diucapkannya. Kemudian dengan lembut
berkata kepada istrinya.
"Jika Rasulullah mempunyai Khadijah.ra,
maka aku memiliki engkau. Kita telah menaati Tuhan kita, Dia pun telah
mengganti hubungan yang telah terputus dengan kebahagian, kesenangan dan
cinta."
Aku sangat tersentuh membacanya,
jika saja orang kita sayang berkata jujur, maka kesetiaan akan teruji disana.
Diam sungguh indah pada saat yang tepat, namun ungkapan pun sangat diperlukan
untuk memastikan jika yang akan diam karena Allah ini, menyimpan rasa untuk
diri kita.
Saat ini sungguh tak ada yang mampu
melihat atau merasa apa yang sedang aku alami. Hanya Allah yang tahu betapa
rasa yang Dia titipkan padaku ini untuk seseorang membuat aku menjadi dekat
padaNya. Aku serasa ingin menjadi dirinya, ingin merasa nikmat apa yang dia
rasa dan ketenangan seperti apa yang dia rasa atau berkah apa yang dia rasa
ketika begitu dekat denganNya. Selain, berkah yang saat ini aku rasakan yaitu
kasih sayang orang tua, kesehatan dan rezeki.
Apa beda antara perasaan antara
sebelum dekat DenganNya dan setelah dekat denganNya. Jika bisa aku berkata,
"aku mencintaimu, aku menyayangimu, namun saat ini aku pun sedang dekat
dan mengejar cintaNya. Dalam waktu yang bersamaan aku tak bisa mencintai
kalian. Maka biarkan kupastikan Cintaku padaNya dulu tak tergoyahkan, setelah
itu akan kutunggu cintamu jika Allah merestui kita." Dan seandainya pun
dia berkata, " saat ini, kau adalah humairahku, maka biarkan aku bersama
Dia dulu, karena aku tak bisa membagi waktuku saat ini antara kau dan Dia.
Maka tunggulahlah karena aku akan
diam, dan jika waktunya tiba Allah merestui kita, maka aku akan datang
menjemputmu. JAGALAH RASAMU UNTUKKU DAN AKUPUN SEBALIKNYA."
Subhanallah.
Wahai Tuhan, aku tidak akan
meninggalkan pintuMu. Dan tidak akan berusaha menggapai pintu lain selain
pintuMu. Aku akan menenun baju keridhaanMu. Sungguh aku sangat tersanjung telah
menjadi salah satu hambaMu. Aku berbisik lirih dalam keheningan subuh. Saat
dikatakan siapa TuhanMu? Tuhanku adalah Sang Pencipta Alam. Aku sungguh sangat
terhormat telah menjadi salah satu hambaNya. Tuhanku adalah Yang Menerbitkan
Fajar. Aku tidak akan berusaha menggapai pintu lain selain pintuMu (dari Hasan
bin Tsabit)
kisah dikutip dari Kompasiana
kisah dikutip dari Kompasiana
0 komentar:
Posting Komentar